Sabtu, 11 Maret 2017

Cerita Eksibisionis Wiwit : Pengakuan Wiwit 2

Dengan keyakinan lelaki berpengalaman, ia mendekati aku dan mengajakku berdiri dari kursi. Tiba-tiba, mata kami saling bertatapaan, dadaku bergemuruh, mengikuti desakan gairah yang aku tahu salah namun tak ingin kuhentikan, Mul merapat ke arahku dan perlahan-laha mendekatkan bibirnya ke bibirku, bibir kami bertemu bagaikan mengalirkan listrik terlebih anakku segera menyentuh dadaku dan mengelus tubuhku yang masih terbalut pakaian lengkap. Bibir kami saling mengunci disertai gairah birahi yang mulai meninggi, Tangannya meraba dadaku dan aku melakukan yang sama di dadanya. Aku rasakan getaran hebat ketika Mul menyelipkan lidahnya ke bibirku dan tangannya mulai memilin puting payudaraku, sesuatu yang tak seharusnya dilakukan anak lelaki terhadap ibunya, namun sialnya aku memang menikmatinya.

Aku begitu terangsang dengan birahi yang terus meninggi. Tanpa kendali, aku pun mulai bertindak di luar kelakuan ibu yang seharusnya, lepas begitu saja dari sisi gelap alam bawah sadar, bagian diriku yang jarang terungkap. Dengan genit aku berbisik di telinga anak kandungku, mengatakan dirinya. sebagai anak nakal yang ingin menyetubuhi ibunya. Aneh pula aku bisa mengatakan itu kepada anakku, sambil menangkap sinar matanya yang bergairah mendengar bisikanku. "Mul pingin banget ya sama Mama, pingin buka semua? Nakal deh..." bisikku.

Sambil berbisik aku mulai mengelus kemaluan anakku yang sudah sangat keras melalui celana jins ketatnya. Aku rasakan penis menggelantung milik anakku semakin membesar. Dari desahnya aku tahu Mul ingin terus ku elus di bagian sana dan melanjutkan kemesraan nafsu terlarang ini. Gairah seksual kami kian memucak dan aku mulai merasakan desir-desir geli di selangkanganku, tanda ingin melanjutkan keintiman ini benar-benar sepenuhnya menjadi hubungan seks terlarang.

Dengan suara rendah yang sama ia mulai mencumbuku, dengan tenang berbisik agar aku melepaskan beha agar dapat melihat keindahan payudaraku tanpa tertutup apapun . Mendengar bisikannya, aku langsung merasakan seluruh persendianku lemah, tak sanggup menolak keinginan anakku. Aku mulai menanggalkan pakaian dan melepaskan kaitan behaku di punggung tanpa melepaskan tatapan ke matanya sedetik pun. Tali beha hitamku yang sexy perlahan terlepas menyusul kemudian cup di bagian depan di hadapan tatapan memohon mata anakku. Ia tampak suka melihatnya, dan menunggu kenikmatan yang ingin ia raih dari kedua bulatan milikku. Puting payudaraku pun mengeras dan berdenyut, dan aku yakin itu membuat gairahnya semakin bergolak ketika ia tak tahan lagi untuk segera menyentuh dengan jari, menjepit lembut, memilin, dan mengelusnya, sementara lidah kami menari bersama di mulut satu sama lain. Aku juga tak tahan melihat tonjolan kemaluan anakku yang kian membesar masih terperangkap dalam balutan celana jins-nya.

Ketika aku menurunkan jins anakku hingga ke pahanya yang berotot, kemaluannya bagaikan melompat ke arahku seperti keris keluar dari warangkanya, kepalanya sungguh bulat, dengan urat yang menonjol. Aku tak tahan membiarkannya dan langsung menggenggamnya di tanganku, mendekatkannya ke mulutku dan memoles bagian ujungnya dengan lidah, membuat anakku mengerang nikmat. Nakal dan terlarang memang perbuatan ini, namun nikmatnya tak terkira. Aku tersadar ini adalah pengalaman erotis yang belum terpenuhi selama kehidupan seksualku. Seks dengan suamiku tak pernah benar-benar memuaskan, hampir tanpa gairah yang menggebu. Sebaliknya, Mul adalah gairah yang lahir kembali. Birahinya yang laksana hewan jantan menunjukkan dirinyaa yang sesungguhnya, sangat nyata. Terasa alamiah mengulum kemaluannya dan mulai menghisapnya perlahan. Lantas tanpa tergesa aku telusuri batang kemaluan anakku menuju pangkalnya. Ujung penis anakku pun menyentuh kerongkonganku. Aku ingin menunjukkan kepadanya memiliki hubungan intim ini, dan akhirnya mewujudkan khayalannnya menjadi kenyataan.

Aku merasakan kemaluannya semakin keras di mulutku dengan risiko sentuhan lembut yang merangsang di pelirnya yang penuh dengan air manii akan segera muncrat sewaktu-waktu. Ia mengerang lembut tatkalai aku mengelus pelirnya sambil menghisap penis, juga merasa heran karena anakku tampak pede dan mampu mengendalikan diri untuk menahan muncratan di mulutku. Aku mulai mengangkat rok dengan satu tangan hingga pahaku terbuka. Matanya menelusuri paha dan betisku, bagia tubuhku yang kuanggap paling indah. Aku tahu ia ingin aku membuka kedua paha dan celana dalamku agar ia bisa melihat vaginaku, jadi aku ingin kembali merangsangnya. "Mau lihat punya mama juga ya, terus punya Mul dimasukin?" kataku malu-malu karena merasa menjadi perempua rendahan, namun sebenarnya menikmatinya. Kujilat bibirku sendiri untuk memacu rangsangan tambahan, dan karena itu birahi anakku kian menggebu. Tampak benar, memang itulah yang ingin didengar anakku. Ia langsung berlutut dan aku terkejut karena ia langsung menurunkan celana dalam hitamku hingga tuit, melepasnya dari kedua kakiki, dan melemparkannya ke bawah meja.

Aku suka gairah agresif alamiah ini, dan dengan rela melebarkan kaki selebar-lebarnya, vaginaku tampak nyata, berkilau bagaikan buah ranum, dengan bulu-bulu tipis hitam yang sengaja kurawat. Ia mulai mencium pahaku dengan cepat, menjilat pahaku bagian dalam, lidahnya bergerak tiada henti, bagaikan binatang liar yang bergerak bebas di pahaku. Aku menunggu saat-saat indah ketika ia menyentuhkan lidahnya ke vagiaku, namun ia menundanya, hingga aku harus merajuk hingga akhirnya aku merasakannya. Aku sampai harus memohon meskipun sebenarnya ia pun menginginkannya. "Sayang, ayo dong, koq belum sampai ke punya Mama? Ayoooo..." Aku mengerang dan akhirnya ia menyerah dan mulai menjilati bibir vaginaku yang berlendir berlama-lama, semakin cepat, bagaikan anaku kucing yang diberi semangkuk susu. Vaginaku semakin basah, wajah anakku pun ikut terkena cairan vaginaku, dan lidahnya mulai menekan klitorisku yang mengeras sehingga membuatku semaki ingin segera bersetubuh dengannya.

Tiba-tiba ia menghentikan gerakannya di vaginaku dan berbalik mencium bibirku. Mulutnya belepotan dengan cairan yang membuat aroma eksotis Lidah kami segera saling menjelajah satu sama lain. Namun aku masih bisa melihat kemaluannya bergerak mendekati vagina. Aku segera berbaring di sofa dan membuka selangkangan menunjukkan padanya aku juga mengiginkannya. Ia memahami isyarat itu dan memegang kedua pergelangan kakiku dengan dua belah tangannya yang kokoh, tegak lurus di depan vaginaku. Matanya menatap lurus ke mataku, penuh birahi, mengetahui saatnya untuk menyetubuhi ibu kandungnya. namun ia menatapku seakan ingin menebak isi benakku untuk mengetahui apakah ada keraguan. Aku mengangguk pelan memberitahukannya bahwa aku bersedia. Lantas ia menyorong kemaluannya menuju vaginaku. Kurasakan ujung penisnya menyentuh vagina, dan tanpa sadar aku mengerang. "Ohhhh, masukin Mul," ujarku lirih, dan langsung saja aku merasakan kemaluannya meluncur dan masuk sepenuhnya ke vaginaku. Semua sudah terjadi, sadar atau tidak, sungguh mendebarkan keintiman ini akan berlanjut hingga akhirnya

from Cerita Cewek Biru | Cerita Cewek Eksibisionis dan Suka Pamer Keseksian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar